CSE Aviation – Rasio Pendapatan dan Biaya pada Airline

Sebelum mendiskusikan financial rasio pada Airline, sebaiknya kita melihat dahulu karakteristik services (produk) yang ada pada Airline tersebut. Dengan melihat Nature of Business suatu Airline yang mana adalah memindahkan sejumlah orang atau barang dari satu tempat ke tempat lainnya karena melalui udara sehingga harus dilakukan oleh pesawat udara yang benar-benar dipersiapkan oleh semua disiplin Ilmu menjaga agar tidak boleh gagal. Dan jenis services tersebut ada dua jenis service yaitu tidak berjadwal, CASR 135 max 30 Pax dan berjadwal, CASR 121 untuk jumlah pax > 30 Pax.

Services tidak berjadwal (CHARTER); sebagai services (produk) adalah kesiapan kemampuan (capability) dari satu jenis pesawat yang mempunyai kapasitas pax dan jangkauan max terbang (flight hours) yang siap untuk diterbangkan dari satu tempat ke tempat lainnya atau Original Destination (OD) dinamakan Services tersebut dinamakan sebagai Charter Flight atau sewa pemakaian pesawat udara berdasarkan jam terbang, dimana OD dan Jadwal waktu terbangnya akan ditentukan oleh Customer. Sehingga dalam penawaran harga jual service tersebut biasanya tidak melihat harga untu satu kursi tetapi berdasarkan harga per Flight Hour. Dan total harga sewanya adalah jumlah total jam terbang x sewa per flight hour ditambahkan dengan biaya MOB dan DEMOB, yaitu MOBbilisai dan DEMOBilisasi atau untuk memposisikan pesawat yang disewa dari OD dan kembali ke tempat semula (Base).

Services berjadwal (REGULAR); sebagai services (produk) adalah kesiapan sejumlah kursi yang akan diterbangkan untuk mengangkut Pax dari satu tempat ke tempat lainnya (OD), jenis pesawat, dan jadwal penerbangan telah ditentukan oleh Airline tersebut. Untuk memudahkan pengertian suatu produksi OD pada Regular Airline biasa juga disebut suatu ROUTE dan dalam service (produk) yang ditawarkan oleh suatu Airlineregular biasanya jenis in flight servives nya ada full services atauLCC (low cost atau tidak ada services), sedangkan untuk jenis kursi terdapat 3 type Class  yaitu: First Class, Business Class, Economic Class yang siap untuk diterbangkan pada Route dengan jadwal hari dan jam yang telah ditentukan.

Didalam Tulisan ini yang akan di diskusikan adalah Airline (AOC 121). dengan karakteristik Full Service dan Regular yang memiliki komponen sebagai pendukung produk adalah Route  dan jadwal yang akan Jual dan diterbangkan sebagai Services, Untuk itu suatu Airline jika akan memulai membuka penerbangan Route baru, maka agar dapat mengetahui berapa pendapatan, biaya dan profit yang dihasilkan,  maupun menentukan Breakeven Load Factor, maka sebelum memulai operasi penerbangan pada Route tersebut dilakukan perencanaan dan penganalisaan yang menggunakan metode ROUTE PROFITABILITY ANALYSIS, dan hasil dari analisis tersebut akan digunakan sebagai referensi dalam menentukan (PRICING STRATEGY) terhadap harga ticket yang akan diberlakukan pada route dan jadwal yang ditawarkan.

Sesuatu Paradox telihat setelah Airline tersebut beroperasi dalam melayani Route baru yang diterbangkan dengan pesawat untuk membawa Customer sebagai Pax, pada kenyataannya dalam menghitung performance perusahaan dilakukan dengan metode perhitungannya melalui agregat atau YIELD.

Proses menghitung performance suatu Airline dengan metode Yield merupakan Rasio  dari kumpulan (aggregate)  dari seluruh pendapatan yang dibandingkan(dibagi) dangan kumpulan aggregate dari seluruh passenger yang dikalikan dengan seluruh km terbang pada kurun waktu tertentu. Dan untuk menghitung metode tersebut kita harus menggunakan tahapan sebagai berikut :

ASK (Available Seat Kilometers) = Total Jumlah Kursi dikali Total Jumlah Jarak Terbang Km, untuk semua route.

RPK (Revenue Passenger Kilometer) = Total Jumlah Penumpang yang Membayar dikalikan Total Jumlah Jarak Terbang Km, untuk semua route.

PRASK (Passenger Revenue per Available Seat Kilometer) = Total Pendapatan dibagi ASK (Total Kursi) adalah Pendapatan rata-rata yang dibayar per pax per Km.

CASK (Cost per Available Seat Km) = Total expenses dibagi total ASK = Biaya per kursi per Km.

PRASK – CASK adalah Operation Profit Rata per Pax per kursi per Km.

RRPK (Yield) = pendapatan per pax per km = Total passenger revenue dibagi RPK (total Pax.KM).

BLF (Breakeven Load Factor) = CASM dibagi RRPM.

Terlihat bahwa perhitungan rasio antara pendapatan dan biaya didalam Airline bisnis ada dua metode yaitu :

Satu yaitu secara Accounting berupa Profit, Lost, Cash Flow dan Balance Sheet dimana Proses tersebut adalah berupa laporan atau potret Finansial satu periode waktu bagi Perusahaan dilakukan dalam satuan bulan atau tahun., seperti dalam tulisan sebelumnya dijelaskan bahwa Profit atau Lost tidak dapat berdasakan proses  matching between cost against revenue, hal tersebut karena pencatatan accounting tidak menyelaraskan pendapatan dan biaya pada satu route atau OD atau Services (Product) yang ditawarkan oleh Airline sebagai Service (produk). Dimana seharusnya melakukan ROUTE PROFITABILITY MONITORING. Yaitu mencocokan biaya terhadap pendapatan pada satu waktu yang sama untuk setiap route.

Sedangkan metode perhitungan rasio yang kedua adalah secara Aggregate atau pencacahan dari jumlah total pendapatan maupun total biaya dengan menggunakan ASK, RPK dan PRASK, CASK yang akan menjadi RRKA atau Yield, per/kursi per/km. Dengan cara ke dua ini pun belum tercerminkan proses matching atau pencocokan antara Pendapatan dan Biaya pada pada kurun waktu yang sama untuk setiap Route sebagai service (produk) dari Airline yang ditawarkan, karena dengan cara Agrreage tersebut dijumlahkan dahulu seluruh pendapatan dan biaya perusahaan baru dicacah atau dicari rata-rata per kursi dan per Km.

Terlihatbahwa metode yang kedua juga tidak mengikuti kaidah terhadap “Matching Cost Against Revenuefor same product and same period time.

Karena didalam mengikuti kaidah dunia penerbangan atau Airline untuk melihat performance sebaiknya sebagai berikut:

Route itu adalah Original Destination (OD) yang dipakai sebagai service yang berjadwal,

Biaya harus di dicocokan (matching) terhadap pendapatan pada route berjadwal.

Memonitor biaya dan pendapatannya pada route yang sama dan kurun waktu yang sama, Route Profitability Monitoring.

Didalam structure organization responsibility, tanggung jawab didalam struktur organisasi pun tidak terlihat ada yang bertanggung jawab terhadap Route profitability, Dimana dibawah Direktur Komersial ada yang namanya District Manager (DM) yang membawahi satu wilayah kota untuk hal-hal komersial seperti sale, promotion dan departure control. Mengambil contoh route Bandung ke Surabaya, maka di struktur organisasi di Bandung ada DM-Bandung dan di Surabaya ada DM-Surabaya dan jika penerbangan route tersebut menguntungkan, maka siapa yang akan diberi reward tetapi jika merugikan siapa yang harus bertanggung jawab, dalam hal jobdescription atas posisi DM di Bandung maupun Surabaya tidak terlihat mempunyai responsibility terhadap profit pada route tersebut.

Masalah yang terlihat (Problem Finding) Perhitungan yang sekarang dilakukan dengan Rasio Financial dan Rasio Agregat itu belum mencerminkan perbandingan biaya terhadap pendapataan dari suatu Produk Airline, yaitu Jadwal penerbangan pada suatu route. Sehingga yang dijadikan dasar sebagai perhitungan-perhitungan belum mencerminkan Matching Cost Against Revenue of One Product. Dan Dari struktur organisasi juga belum ada yang bertanggung jawab atas profit pada suatu route, karena DM hanya bertanggung jawab atas komersial yaitu pendapatannya saja di area kotanya saja bukan di routenya dan juga tidak pernah bertanggung jawab atas biaya dimana diperlukan pencocokan biaya terhadap pendapatannya agar dapat mengetahui profit route tersebut. Dengan demikian sangat sulit sekali Top Management suatu Airline dapat melihat apakah satu route itu pendapatannya yang kurang atau biayanya yang terlalu besar sehingga apakah route tersebut untung atau rugi. Hal ini yang menyebabkan suatu route yang sangat Rugi (Bleeding) tidak dapat segera dikoreksi sehingga tetap terus dijalankan dengan posisi Rugi. Dengan demikian untuk membawa Airline terbang dengan aman operational dan sehat finansial pada setiap routenya perlu Replatforming terhadap konsep perhitungan maupun konsep monitoring dan perlu inovasi terhadap structure organisasi agar tugas dan tanggung jawab (Responsibility) suatu route menjadi jelas.

Pada Perencanaan ROUTE PROFITABILITY ANALYSIS,

Pada Pelaksanaan ROUTE PROFITABILITY MONITORING.

Pada Organisasi ROUTE RESPONSIBILITY COST against REVENUE

Semoga tahun 2020 kedepan Flight Carrier Negara dapat terbang dengan Aman dan Sehat, Operation dan Financial baik di Domestik maupun International.

Jakarta, 11 Januari 2020

Samudra Sukardi

Vice Chairman CSE Aviation.