CSE Aviation – KONSEP PENDIDIKAN PENERBANG MASA DATANG (Part III)

Prediksi Tentang Konsep Pendidikan Penerbang Masa Datang Berbasis Pada Analisa Tantangan – Tantangan Yang Dihadapi Industri Penerbangan Di Indonesia Saat ini
Oleh
Edwin Soedarmo – CSE Aviation Consultant
Jakarta, Januari 2020

III. KONSEP PENDIDIKAN PENERBANG

Konsep Dasar Program Pelatihan Penerbang

Seorang penerbang (pilot) membutuhkan sebuah set keakhlian yang unik yang merupakan gabungan dari ketrampilan (skill), kompetensi, kemampuan (abilities) dan kepribadian (personality) yang sebagian besar harus sudah dimiliki karena merupakan sebuah persyaratan penting. Beberapa dari set keakhlian unik tersebut dapat dilatih, sementara ada yang membutuhkan pengembangan selama bertahun – tahun.

Banyak pandangan tentang apa itu kompetensi. International Civil Aviation Organization (ICAO) mendefinisikan kompetensi sebagai sebuah kombinasi dari ketrampilan (skill), pengetahuan (knowledge) dan sikap (attitudes) yang diperlukan untuk melakukan suatu tugas sesuai dengan standard yang telah ditentukan.

Sistem pelatihan penerbang yang berbasis kompetensi (Competency Based Training) selama ini telah menjadi pendorong utama dalam pengembangan dan pengajaran didalam pelatihan pilot baik sipil maupun militer .

Gambar 1 dibawah ini menggambarkan konsep pelatihan penerbang yang sampai saat ini masih diterapkan di Indonesia maupun di dunia dan di “approved” oleh Civil Aviation Authority (CAA) masing – masing negara.

Gambar 1: Konsep Dasar Program Pelatihan Penerbang

Dalam Gambar 1 tersebut, dapat dilihat bahwa konsep dasar pelatihan penerbang yang digunakan lebih banyak menekankan pada porsi Manual “Hand On” Flying, sementara porsi pelatihan pada Flight Deck Management Skill mendapatkan porsi pelatihan terkecil. Pendekatan dengan konsep ini praktis mengharapkan lulusan ab initio pilot akan memperoleh pelatihan lanjut terkait dengan Flight Deck Managemen maupun “airmanship” di airline tempat lulusan tersebut bekerja. Dengan demikian level “Airline Ready Pilot “ hanya dapat dicapai oleh pilot yang bersangkutan melalui jenjang karier penerbang di perusahaan tersebut dan disertai dengan koleksi jam terbang yang relative cukup tinggi.

Paradigm Shift” Dalam Konsep Pendidikan Penerbang

Kegiatan pilot, “by nature”, umumnya melibatkan banyak prosedur – prosedur penerbangan yang bersifat rutin. Dengan berkembangnya teknologi automatisasi di industri pesawat terbang, maka banyak pekerjaan – pekerjaan rutin tersebut digantikan oleh sistem automatis. Memahami kecenderungan ini, seorang pilot harus dilatih untuk mampu berpindah dari linear thinking(routine) dan secara cepat bergeser ke “thinking outside the box”. Hal ini diperlukan untuk mengantisipasi kemungkinan terjadinya kejadian yang tak terduga maupun belum terdifinisi sebelumnya.

Kemampuan pilot untuk beradaptasi dengan cepat merupakan kemampuan kunci (key ability) untuk dapat mencegah terjadinya sebuah accident atau incident.

Federal Aviation Administration Amerika (FAA) juga menyadari bahwa kompetensi pilot perlu didefinisikan pada tingkatan yang lebih tinggi ketimbang hanya pada operasi pesawat terbang di tingkat dasar, khususnya dengan makin tingginya tingkat automatisasi operasi pesawat terbang. Hal ini dikarenakan sistem automatis tidak dapat menyesuaikan dengan situasi yang tidak terduga.

Gambar 2, menggambarkan terjadinya “Paradigm Shiftdalam konsep dasar pelatihan penerbang akibat didorong oleh kemajuan teknologi sistem automatisasi di industri pesawat terbang.

Gambar 2: Pergeseran Paradigma Dalam Konsep Pelatihan Pilot

Dalam Gambar 2 tersebut diatas, mengilustrasikan pergeseran dalam konsep pelatihan pilot dari “tradisional” basic pilot training yang dominan dengan “Hands-On Flying” ke “Automated Flying” yang didominasi dengan kebutuhan pengembangan pelatihan dalam Flight Deck Management skill.

Disamping itu perlu dicatat bahwa membentuk seorang professional pilot tidak saja membutuhkan pelatihan yang bersifat teknis maupun skill non-teknis, tetapi juga perlu diberikan pendidikan yang terus menerus dalam mengembangkan dan memelihara “airmanship” skill.

Hari ini, tugas – tugas seorang pilot dituntut untuk mencakup mulai dari hanya murni menangani/menerbangkan pesawat terbang sampai dengan mengelola seluruh kejadian dari penerbangan komersial, dimanan hal tersebut akan membutuhkan “set of skill” yang sama sekali berbeda.