CSE Aviation – KONSEP PENDIDIKAN PENERBANG MASA DATANG (Part I)

Prediksi Tentang Konsep Pendidikan Penerbang Masa Datang Berbasis Pada Analisa Tantangan – Tantangan Yang Dihadapi Industri Penerbangan Di Indonesia Saat ini 
Oleh
Edwin Soedarmo – CSE Aviation Consultant
Jakarta, Desember 2019

Ir. Edwin Soedarmo, MM-MBA

I. PENDAHULUAN

Tulisan ini membahas tentang prediksi kedepan Konsep Pendidikan Penerbang (melalui sekolah Penerbang atau Pilot School), berdasarkan analisa dari tantangan – tantangan aktual yang terjadi saat ini di Indonesia berikut potensi pengembangannya. Tulisan ini juga membahas pengaruh dari prediksi tersebut untuk mengantisipasi kemajuan teknologi dalam “complex aircraft environment” maupun terhadap usaha – usaha mengatasi persoalan yang sekarang sedang terjadi dilingkungan Sekolah Penerbang di Indonesia.

Di era tahun 1970 an, ketika pilot – pilot saat itu tumbuh berkembang, menerbangkan sebuah airline diangap sebagai sebuah karier yang bergengsi (prestigious career). Pekerjaan yang ditawarkan tidak saja bergaji relatif besar tapi juga merupakan posisi yang dihormati di masyarakat. Tetapi hari ini, dengan pergeseran mind-set dalam Business Airline Industry yang didukung dengan kemajuan teknologi, hal itu sudah bukan lagi demikian kasusnya dimana secara umum karir airline pilot sudah terasa kehilangan kilaunya.

Sementara itu deregulasi terkait sistem transportasi udara di Indonesia telah menyebabkan tumbuh pesatnya Airline Industri Indonesia, yaitu

  • Individu atau private entitas dapat menjadi air operator
  • Business model Low Cost Carrier mendapatkan “clearance” untuk dioperasikan

Deregulasi ini kemudian berakibat pada jumlah air operator di Indonesia bertambah jumlahnya dan ditambah dengan beroperasinya Low Cost Carrier, menyebabkan jumlah penumpang bertambah banyak secara signifikan (dua digit pertumbuhan). Sejalan dengan hal tersebut diatas, juga berakibat pada bertambah banyaknya pembelian dan pemesanan pesawat jet, kususnya single aisle jet aircraft.

Deregulasi ini juga menyebabkan kebutuhan akan pilot menjadi tinggi. Sementara kebutuhan pilot yang tinggi ini ternyata banyak diisi oleh pilot – pilot asing terutama karena digerakan oleh kebijakan bisnis perusahaan (quickly supplied).

Saat itu dunia sempat mencatat bahwa pertumbuhan penumpang pesawat udara di Indonesia adalah termasuk yang tertinggi didunia. Sementara itu ditempat lain, seperti di Amerika Serikat, penerapan Low Cost Carrier berdampak sebaliknya. Beberapa perusahaan penerbangan legacy, seperti Pan – Am, telah menutup usahanya karena kalah bersaing dengan penerbangan – penerbangan berbiaya murah tersebut.

Ketidak Sesuaian Dengan Kebutuhan Pasar (Market Mismatch)
Sebagai akibat dari bertambahnya jumlah pesawat jet yang beroperasi melayani jumlah penumpang yang meningkat, menyebabkan terjadinya kebutuhan yang tinggi akan well-trained pilot di Kawasan Asia dan Pacific, khususnya di Indonesia. Dilain pihak, pilot – pilot yang baru lulus (fresh graduate) dari Sekolah Penerbang di Indonesia masih membutuhkan 1,500 – 2,000 jam terbang agar dapat menjadi “Airline Ready Pilot”. Mismatch supply dan demand tersebut, seperti telah disebutkan diatas, umumnya diatasi dengan mendatangkan (hiring) pilot – pilot dari luar Indonesia.

Solusi untuk mengatasi mismatch ini dengan menyewa pilot – pilot asing, dalam kurun dekade yang akan datang, akan menciptakan badai yang dapat mendatangkan dampak negatif bagi airline industry di Indonesia. Oleh karena itu dibutuhkan solusi yang komprehensif yang dapat menyelesaikan persoalan diatas, baik dari segi kebijakan pemerintah maupun metoda pendidikan penerbang yang dapat menciptakan Next Generation Pilot

Menurunnya “Pilot Flying Skills” Dan “Proficiency”
Hampir semua aktivitas pilot dalam setiap penerbangan merupakan pekerjaan rutin dan sangat prosedural. Dengan semakin majunya teknology pesawat terbang saat ini, pekerjaan – pekerjaan rutin tersebut kemudian diambil alih atau dilakukan secara automatis oleh sitem pesawat terbang yang canggih.

Kemajuan teknologi ini ternyata membawa konsekwensi, yaitu berupa potensi ancaman terhadap keselamatan penerbangan karena comfort zone yang diciptakan. Sistem automatis pesawat terbang saat ini telah demikian reliable sehingga resiko yang ada dapat diminimalkan yang berakibat pada pilot merasa lebih tenang tetapi amat tergatung pada sistem automatisasi dipesawat yang diterbangkannya.

Sebuah laporan yang baru – baru ini dikeluarkan oleh FAA, menyatakan bahwa kesempatan bagi pilot – pilot airline untuk mempertahankan “flying proficiency” mereka dengan menerbangkan pesawat secara manual semakin bertambah terbatas. Banyak kebijakan airline yang membuat pilot – pilot tidak berani untuk mematikan autopilot.

Untuk pilot – pilot yang lebih senior, makin bertambahnya “long haul flying” maupun standard operating procedure yang membuat pilot – pilot tidak berani melakukan “hand flying” ternyata telah berakibat pada menurunya “manual flying proficiency” dari pilot – pilot yang bersangkutan.
Flight Safety Foundation, dalam sebuah pernyataannya baru – baru ini, menyampaikan bahwa ketidak mampuan dari pilot – pilot untuk merespon terhadap kerusakan atau kehilangan mendadak (unexpected loss) dari sistem pesawat automatis harus mampu ditangani.

Biaya Sekolah Penerbang Yang Relatif Mahal
Biaya pendidikan di sekolah – sekolah penerbang, seperti umumnya telah kita ketahui, adalah relatif mahal. Hal ini, salah satunya, menyebabkan calon – calon pilot yang berbakat yang kebetulan tidak memiliki dukungan pendanaan yang cukup lebih memilih mengembangkan kariernya di bidang pekerjaan yang lain. Banyak model bisnis bantuan pendanaan untuk siswa pilot telah dikembangkan diberbagai negara, salah satunya adalah dengan menggunakan konsep “Foundation” atau Yayasan. Namun apapun bentuk bisnisnya kunci keberhasilan bantuan pendanaan amat tergantung pada ada atau tidaknya kerjasama antara Sekolah Penerbang dengan Air Opeator sebagai pengguna lulusan sekolah penerbang.

Catatan Penting Untuk Keamanan Negara (National Security) Dengan perkembangan pola pikir yang sejalan dengan kemajuan teknologi saat ini, menyebabkan hampir semua informasi serta merta terbuka serta mudah diakses dan yang menyebabkan setiap orang juga ingin bisa terkoneksi. Moda transportasi udara menawarkan transportasi orang dan barang yang paling cepat saat ini dibanding dengan moda transportasi lainnya. Namun hal paling utama yang harus diperhatikan, terkait dengan keterbukaan yang didukung dengan kemajuan teknologi transportasi udara, adalah Keamanan Negara (National Security). Keamanan Negara harus tetap dipelihara agar keamanan negara tersebut tidak mudah ditembus melalui gelombang keterbukaan ini. Bahkan di Amerika Serikat, “The National Security of the US” bergantung pada sebuah Industri airline yang sehat. Sementara Industri airline yang sehat membutuhkan alat – alat transportasi (pesawat terbang) yang modern dan handal (reliable) serta pilot – pilot yang memiliki skill yang tinggi untuk mengoperasikan pesawat– pesawat tersebut.

Jakarta, 30 Desember 2019

Edwin Soedarmo
CEO CSE Aviation