Perlu atau Tidaknya bandar udara khusus sekolah Penerbang?

Beragam kendala dan tantangan yang dihadapi sekolah penerbangan di tanah air saat ini menjadi persoalan tersendiri.  Hal itu seperti regulasi, area training, slot, birokrasi dan lainnya menjadi tantangan tersendiri yang belum lagi rata-rata sekolah penerbangan “nebeng” di bandar udara komersil.

Bagaimana menurut pak Edwin melihat kondisi itu?

Menurut saya hal tersebut bukanlah halangan atau kendala, justru Sekolah Penerbang yang harus mampu memenuhi peraturan-peraturan yang sangat ketat berkenaan dengan keselamatan penerbangan. Untuk bisnisnya, baru hal tersebut merupakan tantangan bagi Sekolah Penerbang bagaimana Sekolah Penerbang ybs dapat mengatasi persaingan, lebih kreatif dalam memberikan service pendidikan sehingga calon student pilot lebih senang memilih Sekolah Penerbang tersebut dibanding Sekolah Penerbang yang lain

Apakah perlu bandar udara khusus sekolah penerbang?

Mengoperasikan bandara (Airport Operator) cukup mahal, sehingga airport operator membutuhkan pelanggan rutin pengguna airport. Kebanyakan Sekolah Penerbang memakai bandara yang juga melayani penerbangan umum/komersial sehingga dapat menekan biaya operasionalnya. Tetapi jika traffic di bandara tersebut sudah padat sehingga mengganggu baik penerbangan umum maupun penerbangan Sekolah Penerbang, sebaiknya dicari bandara lain yang traffic nya masih jarang atau operator bandara membatasi penambahan traffic karena sudah mendekati kapasitas maksimum bandara.

Jika Sekolah Penerbang menggunakan bandara yang dedicated hanya untuk Sekolah Penerbang ybs, maka Sekolah Penerbang tersebut dapat memiliki jadwal penerbangan yang tidak terganggu tetapi dilain pihak biaya operasi penerbangan menjadi naik karena biaya bandara yang harus dikeluarkan.

Melihat Bandar udara Budiarto, Halim Perdana Kusuma yang dipakai sekolah penerbang, apakah sudah standar?

Berdasarkan peraturan CASR 139, setiap bandara yang dibuat harus mendapatkan approval dari Dirjen Hubud. Bandara sekelas bandara Budiarto apalagi Halim Perdana Kusuma, saya pikir tentunya sudah mendapatkan approval dari Dirjen Hubud. Dengan demikian airport yang bersangkutan dapat melayani penerbangan umum termasuk penerbangan-penerbangan yang diselenggarakan oleh Sekolah Penerbang.

Dengan beragam kendalanya, apakah menurut bapak akan mempengaruhi kualitas SDM yang dicetak?

Kendala yang dimaksud adalah berupa banyak pesawat yang tidak bisa terbang karena masalah pemeliharaan dan suku cadang sehingga student pilot membutuhkan waktu lama untuk dapat memenuhi jumlah jam terbang yang disyaratkan, sulit mencari instruktur sehingga jumlah instruktur yang tersedia hanya sedikit, atau flight exercise area yang crowded atau sering terkena cuaca buruk, maka semua itu adalah problem dari management Sekolah Penerbang ybs. Student pilot tetap harus memenuhi jam terbang yang diminta sesuai aturan untuk dapat lulus, tetapi mungkin butuh waktu yang lebih lama karena kendala-kendala seperti yang disebutkan diatas. Student pilot yang lulus lama mungkin saja dapat berpengaruh pada readiness skill nya.

Dibandingkan dengan sekolah penerbangan yang diluar negeri, bagaimana?

Sama halnya dengan Sekolah Penerbang dalam negeri, Sekolah Penerbang di luar negeri juga ada yang maju berkembang dan ada juga yang merugi. Tetapi seharusnya di Indonesia Sekolah Penerbang berpotensi untuk maju karena demand pasar akan kebutuhan pilot cukup tinggi.

Edwin Soedarmo
CSE Aviation