Chappy Hakim: Carut Marut Manajemen Penerbangan Picu Kecelakaan di Udara

Jakarta – Permintaan pasar yang tinggi tak disertai dengan SDM serta infrastruktur yang mumpuni maka terjadilah peluang kecelakaan dalam industri penerbangan. Hal itu yang menjadi analisis mengapa penerbangan di Indonesia setara negara under develop.

Hal ini diuraikan oleh pakar penerbangan Chappy Hakim dalam ‎seminar CSE Aviation: Tinjauan Industri Penerbangan di Indonesia Terkait dengan Carut Marutnya Penerbangan Nasional di Wisma Antara, Jakarta Pusat, Rabu (21/1/2015). Chappy menyatakan, pertumbuhan penumpang tak sejalan dengan maskapai dan jumlah pesawat yang beroperasi.

“Mengenai human resources, di SDM dan sebagiannya bicara skill. Orang Indonesia itu high level skill, above average. Pada umumnya, ATC di dunia 1 orang me-handle 10 pesawat. Di Indonesia 1 orang me-handle 15-20 pesawat. Jago nggak tuh,” kata Chappy.

Chappy menyampaikan hal itu karena berdasarkan data penerbangan terjadwal ada 950 pesawat yang terbang di Nusantara, ratusan pesawat itu dimiliki oleh 22 maskapai. Padahal jumlah penumpang pesawat meningkat signifikan pada 2014 menjadi 71 juta orang.

“Pilot-pilotnya juga jago. Jadi kalau skill jangan ditanya lagi. Saya pernah training sama US Air Force di Okinawa pakai Hercules. Hercules mereka sudah dilengkapi radar terrain. Ketika di briefing menggunakan Hercules kita, dia kaget setengah mati lihat kita tidak ada radar itu. Dia tidak mau ikut terbang. Itu skill, kita tidak usah diragukan lagi,” ucapnya.

Data menunjukan kebutuhan pilot di Indonesia adalah 800 orang per tahun. Namun yang ada saat ini hanya 400-500 pilot per tahun. ‎Kebutuhan tenaga ATC adalah 200 personel per tahun, kenyataannya hanya ada 40-60 personel per tahun. Untuk teknisi, kebutuhannya mencapai lebih dari 4.700 teknisi per tahun, kenyataannya hanya ada 300-400 teknisi per tahun.

“Dengan adanya’gap’ antara jumlah pertumbuhan penumpang yang tinggi dengan SDM dan infrastruktur maka semakin besar pula terciptanya peluang kecelakaan,” ujar Chappy.

Jumlah pilot yang beroperasi saat ini di Indonesia adalah 8.400 orang, terdiri dari 600 pilot asing dan 7.800 pilot lokal. Sementara angka siswa sekolah pilot mencapai 12.000 orang, saat angka kapten pilot di angka 6.000 orang, pilot di bawah 4.000 orang.

“Ada kata menarik, dikatakan tidak ada under develop country, yang ada poor management country. Kelemahan kita adalah manajemen. Jadi selama ini kita tidak punya visi yang baik untuk menangani masalah apapun, yang tidak dilatarbelakangi strong leadership dan high skill management‎,” ucap Chappy.

Menuru Chappy, dibutuhkan seorang pemimpin yang memiliki kemauan keras dan kemampuan manajemen kuat untuk membenahi penerbangan Indonesia. “Dulu orang bilang siapa yang bisa tertibkan stasiun yang sudah kayak pasar. Tapi sekarang bisa, karena ada orang yang mau turun, tidak hanya di balik meja, dan punya kemauan membenahi,” ujar Chappy mengapresiasi Menhub Jonan.

Sumber (Prins David Sautdetik.com) –