Pandemic Corona Virus (COVID 19) Versus Airline Business Impacted Lost Job

Background

Covid 19 adalah jenis virus corona yang telah dinyatakan oleh WHO pada tanggal 11 Maret 2020 menjadi Pandemic di seluruh dunia. Virus tersebut adalah jenis virus baru yang menyebar dengan cepat dari manusia ke manusia melalui air liur (drop let) yang di keluarkan pada waktu bicara atau bersin (bangkis) ke udara dan dihirup oleh orang lain, atau dari tangan si pembawa virus bersalaman dengan orang lain atau bekas tangannya memegang sesuatu seperti handle pintu, rel eskalator, tombol lift dan lain lainnya lalu dipegang oleh orang lain dan virus ini bisa hidup diudara (pada kejadian tertentu) selama 3 jam dan bahkan di karton bisa sampai 24 jam bahkan diplastik dan besi bisa sampai 3 hari

Karena virus ini virus baru maka belum ada alat test pendeteksinya secara cepat, selain diambil air liur dari mulut (Swap) dan dilihat menggunakan microscope dengan pembesaran tertentu dan juga belum ada obatnya untuk penyembuhnya, apa lagi serum untuk vaksin untuk anti bodi dalam mencegahnya. Satu satunya cara agar melawan virus tersebut adalah dengan anti body (kekebalan tubuh) kita sendiri dan satu-satunya cara untuk mencegah atau memperlambat penularan atau penyebaran dengan cara social distancing atau self-isolation ( termasuk memakai masker) dimana hampir seluruh kota di dunia melakukannya lockdown dan menganjurkan WFH (Work From Home) dengan menganjurkan tinggal dirumah saja selama 14 hari (karena masa inkubasinya virus tersebut 14 hari).

Phenomena within Airline Business.

Airline Industri sepanjang sejarahnya tidak pernah terbayangkan mengalami phenomena kehilangan customer se-drastis dan serentak seperti dalam melawan Virus Corona (COVID-19) tahun 2020 ini.

Virus ini mulainya dari kota Wuhan di Cina dan mengakibatkan banyak korban, terus merambat dengan cepat diseluruh kota Wuhan bahkan keseluruh kota-kota lain di Cina, agar tidak lebih parah lagi maka Pemerintah Cina melakukan lockdown kota Wuhan dan merambah keseluruh kota-kota lain di Cina pun di lockdown, pada akhirnya untuk mencegah penularan yang lebih cepat lagi ke seluruh dunia maka dilarang keluar dan masuk ke negara Cina. Sejak saat ini lah mulai berdampak terhadap Airline Industry. Dimana Nature Business Airline adalah memindahkan sejumlah orang secara bersamaan dari satu tempat ke tempat lain melalui udara, untuk hal ini pada  pesawat Boeing 777 atau Airbus 330 jumlah panumpang yang dipindahkan bisa mencapai 350 sampai 400 orang, bahkan Airbus 380 double deck bisa mencapai 700 samapa 800 Orang. Dari hal tersebut terlihat bahwa cara dalam rangka melawan virus corona yaitu mengisolasi / lockdown / social distancing bertolak belakang dengan nature business dari airline.

Pada tahap pertama Airline  yang terpengaruh adalah Cathay Pacific, hampir seluruh pesawatnya di grounded dan pegawainya sebanyak 25000 orang di minta untuk cuti diluar tanggungan perusahaan, karena Hongkong sebagai salah satu hub  masuk dan keluar dari cina juga sudah terjangkit Virus Corona tersebut.

Selain Cathay Pacific, airline domestic Cina seperti Cina South West  dan Cina Easterm juga mengalami pembatalan flight hampir di seluruh routenya baik route domestic nya mupun international nya.

Karena Virus ini cepat tersebar ke negara-negara lain seperti Korea Selatan, Jepang, Vietnam, Malaysia, Thailand, Indonesia, Filipina dan negara asia lainnya seperti Iran, Uni Emirate Arab, dan juga Eropa ada 26 negara seperti Italia, Prancis, Jerman bahkan Amerika yang pertama melarang seluruh penerbangan dari Eropa datang  ke Amerika. Saudi Arabia tempat paling religius didunia dimana orang muslim dunia mengunjungi Ka’bah  untuk Umroh dan Haji turut juga  menutup akses penerbangan baik itu keluar masuk negaranya untuk berumroh sejak 13 Maret 2020.

Menurut WHO per tanggal 27 Maret 2020, jumlah negara yang terjangkit virus corona seluruh dunia 127 Negara dan yang terinfeksi virus corona sebanyak   531.708 orang positif terinfeksi dan yang sembuh sebanyak 122.000 orang sedangkan yang meninggal dunia sebanyak 24.000 Orang. Maka mulailah satu per satu airline didunia mengurangi jadwal penerbangannya hingga 70% sampai 90 % dan ada yang menutup seluruh routenya.

Virus Creating Problem,

Semua ketentuan untuk mencegah penularan yang cepat dan berbahaya yang dikeluarkan oleh WHO dan masing-masing pemerintah dari negara bersangkutan, menyebabkan bertolak belakang  dengan nature of businessnya airline, sehingga hampir seluruh airline di dunia mengalami sitagis situation yaitu suspend atau membekukan sementara (sudah dua bulan lebih) pengoperasian armadanya dan bahkan ada yang sudah bangkrut (bank corruptions)

Lockdown kota, berarti menutup akses untuk orang keluar dan masuk kota tersebut, dengan kata lain melarang orang berpergian (work at dan travel band) , maka untuk fasilitas transportasi tidak dianjurakan, termasuk transportasi udara, sehingga Airline kehilangan customer sehingga tidak mendapatkan revenue akibatnya airline menunda atau meng-cancel bahkan men-stop operasi penerbangannya dari dan ke kota tersebut.

Self-Isolation, pemerintah menyarankan setiap orang agar tetap tinggal dirumah (Stay at Home), dan sebaiknya tidak berpergian kemana-mana, akibatnya setiap orang tidak membutuhkan transpotasi umum termasuk transpotasi udara, akibatnya airline kehilangan pangsa pasar secara serentak dalam waktu yang bersamaan, sehingga sementara waktu tidak dibutuhkan akan adanya airline.  

Sosial-Distancing, untuk menghindari dari penularan virus corona tersebut antar manusia, jika bertemu untuk bicara, atau transaksi jual beli atau kebutuhan-kebutuhan lainya seperti dirumah sakit maupun dengan siapa saja sebaiknya harus lah menjaga jarak antara orang dengan orang, paling tidak 1.5 meter, selain itu dilarang untuk mengadakan pertemuan-pertemuan yang mengumpulkan sejumlah orang seperti ; pesta, ibadah, meeting, show harus ditunda dahulu atau ditiadakan, Sedangkan karakteristik operation airline business, mengangkut dan mengumpulkan banyak orang seperti di airport dan di cabin pesawat. sehingga operation tersebut menjadi bertolak belakang  dengan anjuran tersebut  

Umroh ditutup, bagi Indonesia dan Arab Saudi yang banyak umat islam (dalam satu tahun 15 jt Jemaah) yang melakukan ibadah umroh, dan sholat di Masjidil Haram dan masjid Nabawi pun, sementara ditutup, hal ini mengakibatkan airline-airline yang mempunyai captive market dari Indonesia juga kehilangan pangsa pasarnya.

Turbulences of  Financial

Dalam suasana darurat virus corona ini, Airline bukan hanya tidak berpengaruh menurunkan harga tiketnya saja, tetapi orang mungkin diberi tiket gratis pun belum tentu mau. Hal ini disebabkan selain marketnya tidak ada karena dilarang berpergian, juga regulasi atau permit landingnya tidak diperbolehkan.

Menurut International Air Transport Association (IATA) pada tanggal 24 Maret 2020 yang mempublikasikan informasi mengenai keadaan penerbangan dunia sebagai berikut, selama kurang dari dua bulan ini saja airline didunia telah membatalkan ribuan  route, sehingga menyebabkan Airline di Asia Pasific  telah mengalami kerugian US$ 58 Milliar, sedangkan diseluruh dunia penerbangan mengalami kerugian sebesar lebih dari US$ 252 Milliar.

  • Airline dari Tiongkok  antara lain Cina Southern dan Cina Eastern  karena menutup seluruh penerbangannya dari tanggal 17 Feb sampai 27 maret mengalami kerugian US$12,9 Milliar hanya dari domestiknya saja.
  • Cathay Pacific menurunkan 96% capasitas operasinya sehingga 200 pesawat wide body nya digrounded tidak terbang dan 2700 pegawainya terancam kehilangan pekerjaannya, hal tersebut berdampak saham nya dibursa merosot lebih dari 12% dalam waktu 1 minggu.
  • Hongkong Airline mengalami kerugian HK$ 2 Milliar, bahkan memberhentikan 400 karyawannya karena sudah dianggap bangkrut dan minta suntikan dana tapi ditolak. 
  • Air France KLM mengalami kerugian US$216 Juta
  • Salah satu airline di Ingris FlyBE rugi US$ 27.4 Milliar, memberhentikan 2000 karyawannya karena sudah dianggap bangkrut.

Sedangkan dibursa saham pun saham-saham airline berguguran seperti:

  • UNITED AIRLINE  sahamnya turun hingga 332%, sedangkan
  • LUTHANSA menurunkan 7100 rutenya  sehingga mengalami turun 29% sahamnya

Di domestic Indonesia menurut AP1 dan AP2 dalam satu bulan saja penerbangan yang dibatalkan sebanyak 12.700 penerbangan dimana 11.680 untuk Domestik dan 1.023 untuk International. Catatan di Bali yang setiap harinya 38 flight dan mengangkut 6800 penumpang juga batal sejak pertengahan bulan Februari sampai saat ini

Untuk PT. Garuda Indonesia Tbk sampai sekarang belum mau bicara tentang berapa kerugiannya, meskipun operasi penerbangannya tinggal 30% dan load factonya 0 sampai 10% saja.

  • Jakarta-Singapure yang tadinya 9X sehari diturunkan menjadi 3 X per hari itu pun Load factornya dibawah 20%
  • Jakarta – Cina dan Jakarta – Hongkong total seluruhnya di tutup (All Suspended), sedangkan penerbangan ke Korea dikurangi juga dan masih banyak lagi penerbangan-penerbangan yang dikurangi apalagi sesudah Jeddah dan Madinah ditutup. Otomatis semuanya diclose. Dan pastinya pesawat-pesawat B777 dan A330 nya pun banyak yang di grounded. Dengan dianjurkannya work from home dan stay at home dikota-kota besar di Indonesia, sebaiknya airline di Indonesia terutama PT. Garuda IndonesiaTbk harus sangat sudah hati-hati terhadap tetap mengoperasikan pesawatnya, karena akan menyebabkan  permasalahan pada cash flow nya. karena menurut laporan keuangan terakhir PT. Garuda Indonesia Tbk. Ratio liability terhadap ekuitasnya telah mencapai 3.84, belum lagi kerugian tersebut juga akan ditambah beban oleh hutang yang jatuh tempo seperti sukuk global yg akan jatuh tempo bulan Juni 2020 sebesar US$ 500 Juta.

PT. Citilink Indonesia akui telah mengurangi penerbangan International sesuai kebijakan dari negara tujuan China dan Jeddah. Citilink yang juga baru membuka rute penerbangan dari Denpasar ke bandara Avalon di Victoria, Australia pada tanggal 25 Januari, sudah menghentikan operasinya. (detiknews 06/03/2020)

Lion Air seluruh penerbangan ke Tiongkoknya diclose dan juga rute-rute umrohnya juga diclose demikian juga rute-rute domestiknya banyak dikurangi contoh terakhir ke papua tingga 35 flight sehari di batalkan.

Air Asia Indonesia sudah memberhentikan dan membatalkan seluruh flightnya per 1 April 2020

Assosiasi Muslim pengusaha Haji Umroh Indonesia (AMPUHURI) 80 ribu Jamaah Indonesia per bulan batal semua

Pandemic corona virus make Airline Business difficulty:

  1. Not only losing Revenue but current cash minus ticketing refund (kehilangan pendapatan dan dikurangi tiket pengembalian)
  2. Aircrafts Grounded, need maintenances and leasing fee ( pesawat tidak terbang, butuh perawatan dan tetap bayar sewa)
  3. Infrastructure Logistics suspend , lose market).(penundaan infraskuktur logistic, Market hilang)
  4.  Payment Due, Leasing, Loan, Supplier, Agent (Kewajiban pembayaran kepada pihak ke 3)
  5.  Employees  salary and Travel allowance (kewajiban Gaji pegawai dan uang saku awak pesawat)

Preparing Solution

Seberapapun hebatnya tekanan pandemic terhadap kendala operasi karena hilangnya market tiba-tiba dan banyaknya kerugian berdampak pada airline, akan tetapi cepat atau lambat Virus Corona pasti akan selesai, hal ini kita dapat lihat sekarang ini di kota Wuhan, orang yang terinfeksi sudah tidak ada atau bertambah lagi, Wuhan sudah dibuka kembali dan diumumkan bisnis sudah akan normal kembali mulai tanggal 13 April 2020. Maka dari itu untuk bisa survive dan menjaga readiness jika business mulai lagi pada waktu paska pendemic, kita harus menggunakan waktu yang ada dengan cepat dan cerdas. Kita tidak boleh terlena dan tidak usah ikut-ikutan memberi komentar di media social yang bukan wewenang dan kapasitas kita.

Tetapi kita harus memanfaatkan dan mensiasati waktu WFH dan SAH dengan se-efektif mungkin, dengan cara memikirkan dan mempersiapkan suatu rencana strategic yang bermanfaat pada paska pandemic.

Salah satu topik atau konsep bahasan yang mungkin dapat menjadikan kita akan siap pada level readiness tertinggi setelah paska pandemi ini adalah: “MEMPERSIAPKAN LANGKAH-LANGKAH READINESS SOLUTION AGAR AIRLINE DI INDONESIA SECEPAT MUNGKIN SIAP PADA PASKA PANDEMIC”, adalah sebagai berikut;

  1. Financial Strategi
    a) Siapkan perencanaan topik diskusi dengan pemerintah sebagai regulator dan pemegang saham,
    b) Siapkan solusi-solusi agar pemerintah membuat Policy yang pro Airline, seperti tax holiday, dan bantuan-bantuan dari Bank domestic, reschedule payment paska pandemic, tourism visa dll.
    c) Siapkan rencana pembicaraan dengan Creditor (Aircrafts Manufacturer / Lessor), Supplier untuk rescheduling term of payment.
    d) Merencanakan cash flow agar pada waktu mulai operasi paska pandemic tidak kekurangan (sorted).
  2. Marketing Strategi
    a) Mengadakan promosi besar-besaran pada periode paska Pandemi yang menarik bagi masyarakat
    b) Membuat perencanaan ticket pricing recovery strategi
    c) Membuat point-point re-agreement dengan sale outlet seperti branch office, travel agent dan OTA
  3. Pax Physiology Strategi
    a) Membuat procedure baru untuk check in dan boarding agar masyarakat yakin setiap crew dan  penumpang negative virus corona, misalnya dengan Screen check before boarding
    b) Membuat presentasi untuk meyakinkan masyarakat bahwa setiap crew  baik Cokpit, Cabin, ground staffs semua sudah negative virus corona
    c) Kampanye untuk memperlihatkan kepada masyarakat bahwa naik pesawat udara airline itu aman dari sisi safetynya maupun dari sisi pandemiknya
    d) Membuat kampanye di media social dengan cara memperlihatkan process online safety and simulator recurrent pada saat WFH dan SAH, serta process medical check sebelum semua CREW siap bertugas.
  4. Operation Strategi
    a) Merencanakan Route recovery planning
    b) Merencanakan aircraft utilization planning
    c) Menyajikan kepada masyarakat bahwa  seluruh pesawat udaranya (aircrafts) telah menjalankan proses desinfektan termasuk di cabin pesawatnya
  5. Competitor Strategi
    a) Airline-airline di Indonesia terutama PT. Garuda Indonesia Tbk harus mempunyai Analisa terhadap Competitornya, jika   paska pandemic semua airline bergerak terbang lagi merebutkan route & pax (route yang bagus dan penumpangnya)  dan untuk itu harus menyiapkan rencana kerja (Recovery Planning) yang lebih cepat dan lebih workable dibandingkan dengan Competitor yang ada.
    b) Melengkapi Analisa pasar dan competitor, maupun Analisa internal dan eksternal Perusahaan.

Conclusion and  Further Discussions

IMF (International Monetary Fund), melalui ketuanya Lasetja Kganyago dan Direkturnya Kristalina Georgieva.

Pada tanggal 28 Maret 2020 menginformasikan bahwa:”Pandemi Kesehatan menjadikan krisis Ekonomi dan keuangan dunia”

Untuk memperbaiki krisis ekonomi tersebut dan dalam rangka membahas akibat krisis corona tersebut memanggil anggota-anggotanya untuk rapat mencari solusi dan menyediakan US$ 7 Trilun sebagai bantuan.

Melihat trend kenaikan dollar yang sangat cepat dimana pada saat sebelum pendemik kurs Rupiah terhadap US Dolar masih 1 US$ = Rp.13.667,- (13 februari 2020) dan pada saat tanggal 29 Maret 2020 telah mencapai 1US$ = Rp.16.019,-, berarti kenaikan tidak sampai dua bulan mencapai Rp. 2.352 atau 17.2 %.

Sedangkan suatu airline untuk mendapatkan net margin 5% dalam 1 tahun, dimana hal itu  hanya dapat dicapai oleh airline-airline terbaik di dunia itu pun sulit sekali.

Jika orang-orang sebagai para pekerja di airline bisnis di Indonesia terlalu terbuai dengan obrolan-obrolan media masa yang setiap saat mempostingkan masalah pandemic virus corona (Covid-19), maka Economy, Life capability dan operation readiness paska pandemic akan  menjadi lebih ter seok-seok ( become most loser ) kalah bersaing dengan airline negara lain.

Multiplier Effect Airline bisnis seperti : Airport, Restoran, Shop, Hotel, Travel Agent, Pariwisata,  Taxi, OTA, Industri kreatif, dan lain-lain akan terkena dampaknya menjadi terseok-seok juga dan akhirnya banyak karyawan yang harus dirumahkan dan pengangguran akan menjadi massive.

PANDEMIC KESEHATAN menjadikan krisis EKONOMI dan KEUANGAN berkelanjutan menjadikan keterpurukan pada AIRLINE BUSINESS dan MULTI PLIER EFFECT nya dan akan berdampak kehilangan PEKERJAAN KARYAWANNYA

Mari kita berusaha segiat mungkin dan berdoa agar kita sebagai manusia yang tinggal di NKRI, dapat mengatasi segala cobaan virus corona dan agar  selalu diberi kemudahan yang di ridoi oleh Allah SWT. … Aamin

Jakarta, WFH & SAH Maret 2020

Ditulis Oleh:

Samudra Sukardi

Vice Chairman CSE Aviation Consultant